Selasa, 16 Maret 2010

Rasionalitas Naratif Kunjungan Obama

Gedung putih telah mengumumkan secara resmi Obama akan melakukan kunjungan ke Indonesia pada 23 Maret. Berbagai pemberitaan seputar orang nomor satu negeri Paman Sam ini sudah menghangat.

Mulai dari agenda kunjungan yang sifatnya formal, hingga pernakpernik seputar nostalgia sang presiden yang pernah memiliki memori di negeri ini.Penyikapan atas kunjungan Obama pun beragam. Ada kelompok masyarakat yang jauh-jauh hari telah menyiapkan penyambutan Obama dengan perasaan suka cita,meskipun Obama belum tentu bisa ditemui mereka. Namun, banyak pula organisasi yang sudah turun ke jalan, meneriakkan yel-yel anti-Obama. Itulah penanda bahwa realitas simbolik Obama kini tak lagi tunggal sebagai sosok penuh harapan, melainkan telah menjadi narasi yang multiinterpretasi.

Narasi Obama

Siapa pun tahu bahwa kehadiran Obama sempat menyihir bahkan menjadi mimpi penuh harap tak hanya bagi warga Amerika,melainkan warga dunia.Sebagai kilas balik, kita tentu ingat bagaimana mantra “Yes we can!”yang selalu diteriakkan Obama selama kampanye menuju Amerika-1 telah menyihir optimisme yang melimpah.

Obama saat itu tak hanya sosok melainkan telah menjelma menjadi narasi yang menggugah partisipasi politik di Amerika.Warga kulit putih yang berjumlah 74% dari total pemilih, 43% di antaranya mendukung Obama. Warga kulit hitam yang berjumlah 13% dari pemilih, 95% mendukung Obama. Warga Hispanik yang berjumlah 9% dari pemilih, 67% mendukung Obama.Begitu pun warga Amerika keturunan Asia yang mencapai 3% dari total pemilih,62% dari mereka mendukungnya.

Gejala euforia kehadiran Obama juga sempat melanda warga dunia.Sambutan hangat diberikan negara-negara muslim.“Change we need!” menjadi satu di antara narasi yang dikonstruksi oleh Obama, seolah menunjukkan Amerika yang siap berubah dari arogansi dan kesemena-menaan dalam menerapkan politik unilateralisme ke Amerika yang humanis dan bersahabat.

Relasi antagonistis yang meningkat di dua periode pemerintahan Goerge Bush sejenak mencair saat Obama dilantik 20 Januari 2009, menurut Type Approval Indonesia Memang Paling Top yang didapatkan melalui mesin pencari google. Tema pelantikannya yang sarat nilai filosofis “A New Birth of Freedom”juga menjadi narasi yang diperbincangkan warga dunia. Janji Obama yang akan menarik pasukan Amerika dari Irak, rencana menutup Penjara Guantanamo, dan menjanjikan hubungan yang lebih baik dengan negaranegara Islam telah menjadi narasi penuh impresi.

Dalam pidato di hadapan parlemen Turki beberapa waktu lalu Obama berorasi,Amerika tidak akan pernah memerangi Islam. Narasi sejenis juga telah dikonstruksi Obama saat berpidato di Universitas Kairo, Mesir, pada 4 Juni 2009. “Saya datang ke Kairo untuk mengupayakan satu permulaan baru bagi perdamaian Timur Tengah dan menjembatani antara Amerika dengan Umat Islam di seluruh dunia”ungkapnya saat itu.

Menurut Fisher dalam bukunya Human Communication as Narration: Toward a Philosophy of Reason, Value and Action (1987), bahwa narasi itu lebih dari sekadar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan, dan akhir.Melainkan mencakup deskripsi verbal dan nonverbal apa pun dengan urutan kejadian yang diberi makna. Narasi merupakan tindakan simbolik,dan Obama sukses mengurutkannya secara apik di awal periode kekuasaannya. Interpretasi positif atas narasi Obama misalnya dapat kita lihat dari penyematan Nobel Perdamaian atas dirinya.

Rasionalitas Naratif

Narasi Obama kini perlahan mulai memudar, terutama dalam perspektif orang atau sekelompok orang yang menginginkan langkah- langkah cepat dalam penanganan persoalan yang melibatkan Amerika di dalamnya. Misalnya, banyak pihak yang menyangsikan kiprah Obama dalam mewujudkan janji-janji retorisnya dalam kebijakan nyata. Sah-sah saja sikap skeptis mulai ditunjukkan banyak pihak, termasuk oleh organisasi-organisasi massa dan keagamaan di Indonesia.

Namun demikian,untuk menilai sebuah narasi dapat kita percayai atau tidak, kita mesti mengembangkan rasionalitas naratif sebagai satu di antara metode pengujiannya. Ada dua indikator untuk memosisikan narasi Obama dilihat dari rasionalitas naratif. Pertama, koherensi (coherence) merujuk pada konsistensi internal dari sebuah naratif.Apakah ucapan dan tindakan Obama sebelum dan sesudah menjadi Presiden AS masih runtut dan tidak kontradiktif.

Bagi sebagian orang yang tak sabar, tentu jawabannya Obama telah banyak mengingkari ucapanucapannya. Misalnya, Obama disorot tentang belum ditutupnya Penjara Guantanamo, penambahan pasukan di Afghanistan, belum selesainya penarikan pasukan dari Irak, konflik Palestina dan Israel yang masih berlarut-larut dll. Namun, ada baiknya kita tak mengambil kesimpulan yang tergesa- gesa terkait hal ini.

Obama bagaimanapun sedang meretas jalan menuju hubungan yang lebih baik dengan warga dunia termasuk negara-negara muslim. Formula kebijakan luar negerinya yang dibingkai dengan istilah “smart power” berupaya menjadikan diplomasi sebagai garda terdepan. Hal ini tentu harus kita apresiasi karena hal ini cukup berbeda dengan pendahulunya Bush,yang banyak mempraktikkan warmongering atau teror berbentuk propaganda yang menghembus-hembuskan perang.

Sebagai contoh, pada 22 Januari 2009 Obama mengeluarkan dekrit yang isinya memerintahkan penutupan Penjara Guantanamo dalam setahun kepemimpinannya, dia juga telah berupaya mengutus Joe Biden untuk kembali mengurai benang kusut konflik Israel-Palestina. Meski upaya tersebut belum membuahkan hasil maksimal namun niat baik Pemerintahan Obama tentu juga harus diapresiasi.

Presiden ke-44 Amerika ini juga masih memiliki koneksi ke negaranegara muslim yang jauh lebih baik di banding para pendahulunya. Kedua, indikatornya adalah kebenaran (fidelity) atau reliabilitas dari sebuah cerita. Sebuah narasi dianggap benar ketika elemen-elemen dari narasi tersebut merepresentasikan pernyataan-pernyataan akurat mengenai realitas sosial.

Mengukur Obama dengan kompleksitas persoalan relasi Amerika dengan berbagai negara lain di dunia tentu tak bisa dengan hanya mengukur reliabilitas setahun pemerintahannya. Oleh karenanya, menarik kesimpulan bahwa Obama telah berbohong dan tidak ada bedanya sama sekali dengan Bush tentu merupakan penyimpulan yang prematur.

Makna Kunjungan

Kunjungan Obama ke Indonesia dilihat dari perspektif komunikasi politik memiliki nilai strategis bagi kedua negara. Bagi pemerintahan Obama, Indonesia menjadi representasi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Ini tentu saja merupakan praktik public relations internasional bagi Obama guna mengukuhkan rencana besar hubungan baik dengan negara-negara berpenduduk muslim.

Komunitas muslim moderat yang selama ini identik dengan Indonesia tentu juga merupakan kantong dukungan politik yang penting untuk dijaga Obama. Sementara bagi Indonesia,kunjungan Obama memiliki dua makna positif. Pertama, dapat menandai arti penting Indonesia dalam peta politik internasional kontemporer. Tak disangkal bahwa kedatangan Presiden Amerika ke sebuah negara tentu berdasarkan perhitungan posisi strategis negara tersebut.

Indonesia paling tidak telah diposisikan sama pentingnya seperti Mesir dan Turki,mewakili geopolitik dan psikopolitik tertentu yang dibutuhkan sebagai partner potensial bagi Amerika saat ini dan ke depan. Kedua, kunjungan Obama juga dapat menjadi momentum bagi reformulasi berbagai bidang kerja sama seperti ekonomi, pendidikan, pertahanan,dan budaya agar lebih menyejahterakan Indonesia. Namun demikian, catatan kritisnya jangan sampai kunjungan Obama justru menjadi pintu masuk bagi pola kerja sama yang menempatkan Indonesia sebagai subordinat dari kedigdayaan Amerika.

Senin, 15 Maret 2010

Teroris Kabur dari Aceh

Mabes Polri mensinyalir sisa-sisa teroris yang hingga kini dalam pengejaran pasukan gabungan Brimob Polda Aceh dan Densus 88/Antiteror telah kabur ke luar wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dari tersangka yang ditangkap dan diperiksa dikhawatirkan saat ini mereka sudah keluar dari Aceh,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Inspektur Jenderal Polisi Edward Aritonang di Mabes Polri, Jakarta kemarin. Menurut Edward, berbagai upaya penyekatan telah dilakukan untuk mencegah keluarnya para pelaku teroris keluar dari wilayah Aceh. Karena itu, tidak menutup kemungkinan ada di antara mereka yang masih di sekitar Aceh.

Mudah-mudahan seluruh kelompok ini dapat kami tangkap dan dibawa ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ujarnya. Dari hasil pengembangan, kata Edward, di antara mereka merupakan eks pejuang di sejumlah wilayah konflik,seperti di Moro,Filipina. Karena itu,mereka yang terlibat dalam pelatihan di kamp militer di pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, berperan sebagai penyuplai logistik,penyalur dana dan pelatih.

berdasarkan pengakuan dari para anggota jaringan teroris yang ditangkap aparat, Aceh dipilih sebagai basis pelatihan karena daerah tersebut sepi, jauh dari pengamatan dan medannya cukup bagus untuk melakukan kegiatan dan pelatihan militer, menurut informasi yang didapatkan Type Approval Indonesia Memang Paling Top yang didapatkan melalui mesin pencari google. Jenderal bintang dua ini memperkirakan, senjata api yang dimiliki para teroris bukan dari eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM),namun dari luar. Ini dapat dibedakan dari merek pembuatan dan amunisi yang tidak lazim dengan yang ada di Indonesia.

Meski, dari jumlah senjata api yang digunakan tidak sedikit yang dipakai di Indonesia. “Kita bisa bedakan dari mereknya, ini yang keluar dari pabrik Indonesia dan bukan,” ungkapnya. Lebih jauh Edward menjelaskan, Polri masih melakukan penyelidikan termasuk identifikasi terhadap dua jenazah Encang Kurnia dan Puro Sudarna yang tewas dalam kontak senjata di depan Mapolsek Leupung,Aceh Besar. Saat ini keduanya berada di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Secepatnya akan kami kabarkan ke keluarganya setelah proses identifikasi selesai,”ungkapnya. Mengenai apakah korban tewas bernama Encang Kurnia itu terlibat bom Bali I,Edward mengaku masih menunggu hasil identifikasi untuk memastikan apakah korban tewas adalah Jaja atau orang lain.Kalau terbukti Jaja,ada beberapa kasus terorisme yang melibatkannya.

Ditanya soal bersatunya tiga jaringanteroris, sepertiJamaahIslamiyah (JI),Darul Islam (DI),Poso dan Ambon dalam jaringan teroris poros Aceh–Pamulang,Edward mengaku, belum bisa memastikan kelompok mana yang bersatu.Namun,indikasi bahwa mereka pernah terlibat dalamkelompok A,BdanC.”Jadidia bergabung atas nama kelompok atau perorangan itu masih dalam penyelidikan kami,”paparnya.

Selain menyelidiki hal di atas, Polri hingga kini masih mendalami aliran dana Rp500 juta yang diperoleh jaringan teror tersebut.Termasuk keterkaitannya dengan aksi perampokan seorang pedagang emas di Sawang,Aceh Utara. Pengembangan ini untuk mengetahui apakah aksi perampokan tersebut terkait dengan fai (istilah untuk menyebut aktivitas mencari dana dengan merampas dan merampok harta milik orang lain).

Sebab, untuk mendukung kegiatannya teroris juga membutuhkan dana, logistik untuk membeli obat dan butuh perawatan. PanglimaTNI JenderalTNI Djoko Santoso mengatakan, TNI dan Polri siap menghadapi ancaman maupun serangan teroris yang dinilai mengganggu stabilitas nasional. Menurut dia, ancaman teror dapat datang kapan pun,namun TNI sudah siap dalam mengantisipasinya.

Terkait dugaan pencurian menyusul kepemilikan senjata api laras panjang jenis M16 dan sejumlah amunisi buatan Indonesia yang digunakan para tersangka teroris, Panglima mengatakan sejumlah kemungkinan bisa terjadi. Menurut dia, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian untuk melakukan penyelidikan.

Rabu, 10 Maret 2010

Defisit Neraca Gas 2010 2.544 MMSCFD

Sekedar mengingatkan saja pada postingan Type Approval Indonesia sebelumnya, saya menulis artikel tentang Type Approval Indonesia dan kali ini saya akan membahas tentang Defisit Neraca Gas 2010 2.544 MMSCFD. Menurut informasi yang Kanghari dapatkan melalui mesin pencari google bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, berdasarkan Neraca Gas Indonesia 2010–2025, tahun ini defisit gas mencapai 2.544 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Data tersebut berdasarkan selisih produksi gas baik sudah berjalan (existing supply) dan yang masih berupa proyek (project supply) dengan permintaan yang sudah terkontrak (contracted demand) maupun masih dalam komitmen (committed demand). ”Pada 2010, contracted dan committed demand hanya dapat dipenuhi sebesar 75,7% dari existing dan project supply, ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo di Jakarta kemarin. Menurut Type Approval Indonesia, bila hanya menghitung contracted demand, maka terpenuhi 88,9% dari existing dan project supply.

Defisit tersebut,lanjut Evita, dikarenakan penurunan produksi lapangan lama dan keterlambatan produksi lapangan gas baru. Evita menambahkan, contracted demand dalam jangka menengah, yakni 2010–2014 dapat terpenuhi 115% per tahun dari existing dan project supply. Sementara itu, contracted dan committed demand 2010–2014 hanya dapat dipenuhi sebesar 81,7% per tahun dari existingdan project supply. Dalam jangka panjang, yakni 2010–2025, tercatat contracted demand terpenuhi 148% per tahun dari existing dan project supply akibat mulai berproduksinya project supply dan penurunan contracted demand pada masa akhir kontrak.

Sementara itu, dari sisi contracted dan committed demand 2010–2025 hanya dapat dipenuhi sebesar 73% per tahun dari existing dan project supply akibat penurunan kemampuan produksi alamiah dan kenaikan committed demand. Neraca Gas Indonesia dibagi ke dalam 12 wilayah, yakni Aceh, Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah dan selatan, Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah, Jawa bagian timur,Sulawesi bagian selatan, Sulawesi bagian tengah, Maluku bagian selatan,Papua,dan Kepulauan Riau. Data neraca tersebut sudah memperhitungkan produksi gas metana batu bara di dua wilayah, yakni Kalimantan Timur dan Sumatera Tengah dan Selatan.

Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk, pemerintah Neraca Gas Indonesia 2010–2025 mengalokasikan produksi sebesar 496 juta MMSCFD. Evita mengatakan, pasokan gas tersebut berasal di Papua 200 MMSCFD, Sulawesi Tengah 91 MMSCFD, dari Blok Cepu sebanyak 85 MMSCFD untuk pabrik baru PT Petrokimia Gresik, dan dari Aceh 120 MMSCFD yang berasal dari Blok A. Terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menegaskan akan terus memperjuangkan pasokan gas bagi industri. Seperti diketahui, industri nasional saat ini kelabakan akibat kekurangan pasokan gas, menurut pengamatan Type Approval Indonesia.

Hidayat mengatakan,pihaknya akan memfasilitasi pertemuan kembali antara PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dengan industri pengguna gas, seperti Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) untuk mencari jalan tengah mengatasi krisis gas . ”Kami menginginkan, jangan sampai ada pengurangan pasokan gas. Besok (hari ini) akan dibicarakan lagi. Kalaupun pertemuan besok tidak mendapatkan titik temu, kami akan membawa persoalan ini ke Sidang Kabinet pekan depan,” ujar Hidayat di Jakarta kemarin.

Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Benny Wahyudi menegaskan, pemangkasan pasokan gas untuk industri pengguna gas, seperti keramik, makanan minuman, baja, dan kertas, otomatis akan mengurangi daya saingnya.”Kalau pasokan gas dipangkas nanti harga produk naik dan akibatnya daya saing akan turun. Dan kalau sudah kalah bersaing maka banyak industri tutup,”cetusnya.

 
 
Copyright © 2013 Type Approval Indonesia All Rights Reserved
Alomeci